Demokrasi dan Perilaku Politik


Penegakan keadilan, supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan sebuah keniscayaan untuk menjadikan negri ini lebih sejahtera, bermartabat dan berperadaban mulia. Hal ini akan nyata apabila kita mampu membenahi pola pikir (mind set) yang kemudian melahirkan perilaku-perilaku hukum, politik, sosial dan kemanusiaan yg ideal yang berlandaskan pada asas keadilan dan persamaan hak dihadapan hukum.

Untuk mencapai cita-cita besar tersebut dibutuhkan proses yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan didalamnya, termasuk masyarakat itu sendiri. Leadership yang tangguh serta proses demokrasi yang jujur dan substantive, bukan hanya procedural yang terkadang mengeyampingkan substansi demokrasi, masyarakat dan pelaku politik harus mampu membentengi diri dari hal-hal yang mencederai demokrasi. Inti dari demokrasi itu sendiri adalah mampu menghasilkan pemimpin yang bisa membawa masyarakat mendapatkan kesejahteraan dan terpenuhi semua Hak-hak azasi yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Makna Demokrasi. Pada dasarnya, demokrasi adalah partisipasi seluruh rakyat dalam mengambil keputusan­-keputusan politik dan menjalankan peme­rintahan. Keputusan politik yang dimaksud adalah kesepakatan yang ditetapkan menjadi sebuah aturan yang akan mengatur kehidupan seluruh rakyat itu sendiri. Keterlibatan atau partisipasi rakyat adalah hal yang sangat mendasar dalam demokrasi, karena demokrasi tidak hanya berkaitan dengan tujuan sebuah ketetapan yang dihasilkan oleh suatu pemerintahan, tetapi juga berkaitan dengan seluruh proses dalam membuat ketetapan itu sendiri.
Namun seiring berjalannya waktu pengertian demokrasi mengalami perubahan ataupun perkembangan dimana Jeff Hayness membagi demokrasi ke dalam tiga model berdasarkan penerapannya.
1. Demokrasi formal, yaitu kesempatan untuk memilih pemerintahannya dengan teratur dimana ada aturan yang mengatur pemilu dalam hal ini pemerintah lah yang mengatur pemilu dengan memperhatikan proses hukumnya.
2. Demokrasi permukaan (façade) yaitu, demokrasi yang munafik dimana dari luarnya memang demokrasi, tetapi sama sekali tidak memiliki substansi demokrasi. Pemilu diadakan supaya dilihat oleh orang dunia namun hasilnya adalah demokrasi dengan intensitas rendah yang dalam banyak hal tidak jauh dari sekadar polesan pernis demokrasi yang melapisi struktur politik.
3. Demokrasi substantif, yaitu demokrasi yang murni yaitu demokrasi substantif memberi tempat kepada seluruh lapisan masyarakat mulai dari rakyat jelata, kaum miskin, perempuan, kaum muda, golongan minoritas keagamaan dan etnik, untuk dapat benar-benar menempatkan kepentingannya dalam agenda politik di suatu negara. Dengan kata lain, demokrasi substantif menjalankan dengan sungguh-sungguh agenda kerakyatan, bukan sekadar agenda demokrasi atau agenda politik partai semata.

Hubungan Politik dan Demokrasi. Demokrasi yang ada selama ini baik dari level tingkatan terendah sampai tertinggi hanya merupakan prosedural yang berdampak pada kotornya proses politik serta maraknya money politik untuk mendapatkan kekuasaan yang mengakibatnya terbukanya hasrat-hasrat Korupsi guna menutupi tingginya biaya politik yang harus dikeluarkan.

Politik dan Demokrasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, keduanya harus berjalan seiringan terlebih pada saat pelaksanaan agenda-agenda Demokrasi seperti Pemilu, Pilpres dan Pilkada. Negara juga harus mampu merumuskan konsep terbaik agar proses demokrasi tidak memberikan celah untuk terjadinya kecurangan-kecurangan serta meminimalisir kesalahan-kesalahan administrative sehingga Demokrasi berjalan dengan baik setidaknya pada domain procedural.

Pengalaman akhir-akhir ini adalah Prosedur Demokrasi yang seharusnya menjadi sebuah system control ternyata belum mampu dirumuskan dengan baik apalagi aplikasi dilapangan. Kecurangan procedural seakan menjadi menu wajib dalam setiap pelaksanaan Agenda Demokrasi, apalagi berbicara demokrasi substanstif, rasanya jauh panggang dari api.

Harapan penulis. Melalui tulisan singkat ini, penulis berharap Masyarakat dan seluruh elemen bangsa tetap optimis dan terus berbenah untuk terwujudnya perilaku politik ideal dan terwujudnya demokrasi substantive di Indonesia.  Disamping hal itu, factor mental dan sikap jujur harus menjadi modal awal anak bangsa ini karena itu adalah modal dasar untuk menjadi berkembang dan maju seperti bangsa-bangsa lain.

Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang berperadaban dan menjadi tempat yang layak untuk hidupnya serta berkembangnya Demokrasi yang diyakini mampu memberikan harapan dan kesejahteraan bagi seluruh Rakyat.

Haji, Pandemi dan Idul Adha

Suasana Thawaf Qudum Haji 2020 *instagram@haramain_info
Ibadah Haji dan Pandemi Covid-19. Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Namun terdapat perbedaan secara signifikan dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini (2020 M/1441 H), hal ini dikarenakan pandemi covid-19 yang melanda dunia. Krisis kesehatan global ini telah mengubah beberapa tatanan kehidupan termasuk perihal ibadah haji. Mengantisipasi penyebaran wabah ini, otoritas Arab Saudi membatasi jumlah jama’ah atau dikhususkan hanya kepada orang-orang yang berada dalam kawasan negara tersebut, protokol kesehatan pun menjadi menu wajib dan dilakukan dalam pengawasan ketat.

Para jama'ah yang mengikuti ibadah haji tahun ini telah menjalani serangkaian pemeriksaan seperti suhu dan dikarantina saat tiba di Mekkah. Selain itu, para petugas kesehatan melakukan disinfeksi pada barang-barang mereka. Staf kesehatan dan keamanan juga melakukan disinfeksi dan membersihkan area sekitar Kabah. Sementara itu, pada pelaksanaan haji tahun ini, Kabah ditutup sehingga jemaah tidak diizinkan untuk menyentuhnya. Lebih dari 13.500 pembersih dengan peralatan terbaru akan bekerja selama 24 jam di seluruh kota dan tempat-tempat suci, terutama di tempat-tempat ramai dan pada hari-hari puncak. Pihak penyelenggara juga mendirikan pusat kesehatan khusus, klinik keliling, dan ambulans untuk merawat para jemaah haji yang membutuhkan. Para jemaah diminta untuk menggunakan masker dan harus menjaga jarak fisik. Mereka juga diberi perlengkapan untuk menjalankan tahapan-tahapan ibadah haji, mulai dari kerikil yang sudah disterilkan untuk lempar jumrah, disinfektan, masker, sajadah hingga ihram. 
(Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/30/073249765/update-haji-2020-hari-ini-jemaah-wukuf-di-arafah?page=all)

Jama'ah Indonesia tidak diberangkatkan. Pemerintah memastikan pembatalan keberangkatan jemaah haji tahun 2020 atau 1441 hijriah. Meski begitu, peniadaan keberangkatan jemaah haji tahun ini bukan menjadi yang pertama sepanjang sejarah. Sebelumnya Arab Saudi juga sempat meniadakan penyelenggaraan ibadah haji. "Kita tahu Arab Saudi pernah menutup ibadah haji pada tahun 1814 karena wabah pada tahun 1837 dan 1858 karena wabah epidemi, 1892 karena wabah kolera, dan pada tahun 1987 karena wabah meningitis," terang Menteri Agama Fachrul Razi saat konferensi pers, Selasa (2/6). Tidak hanya dari pihak Arab Saudi, Indonesia pun pernah meniadakan pemberangkatan jemaah haji sebelumnya pada tahun 1946-1948 karena agresi militer Belanda. 
(Sumber: https://nasional.kontan.co.id/news/bukan-yang-pertama-kali-berikut-daftar-sejarah-pembatalan-ibadah-haji)

Idul Qurban. Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah Swt.

Sejarah Idul Adha. Jika kita telisik sisi historis dari perayaan Idul Adha, maka pikiran kita akan teringat kisah teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam QS. Ibrahim: 37
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat siti hajar dan nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dalam QS Al-Baqarah: 126
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.”

Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.

Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam QS. ash-Shaffat: 102
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah. Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya. Ismail mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’ Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.

Makna Kisah Nabi IbrahimPertama, ketakwaan. Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan seorang hamba pada Sang Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya. Koridor agama (Islam) mengemas kehidupan secara harmoni seperti halnya kehidupan dunia-akherat. Kedua, hubungan antar manusia. Ajaran Islam sangat memerhatikan solidaritas sosial dan mengejawantahkan sikap kepekaan sosialnya melalui media ritual tersebut. Ketiga, peningkatan kualitas diri. Hikmah ketiga dari ritual keagaamaan ini adalah memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan pengelolaan diri yang merupakan cikal bakal akhlak terpuji seorang Muslim.

Note: Sumber Sejarah Idul Adha/disarikan darihttps://www.amalqurban.com/sejarah-dan-makna-idul-adha/

Islam; Manusia dan Semesta Berserah Diri


Islam; Istilah al-Qur’an. Allah Swt menamai Agama (ad-Din) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ini dengan دين الاسلام sebagaimana yang tersurat dalam al-Qur’an. Kata kunci yang akan dibahas dalam tulisan ini ialah akar dari kata Islam itu sendiri yaitu aslama. Dengan kata kunci ini, diharapkan pembahasan tentang Islam sebagaimana disebukan dalam al-Qur’an dapat teridentifikasi secara komprehensif. 

Berikut beberapa ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan istilah Islam itu sendiri, diantaranya QS. al-Jin: 14
وَّاَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقَاسِطُوْنَۗ فَمَنْ اَسْلَمَ فَاُولٰۤىِٕكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
Terjemah: “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus."

QS. al-Baqarah: 112  Allah Swt berfirman:
بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗٓ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Terjemah : "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Islam; Perspektif al-Qur’an. Definsi Islam sebagai agama, secara substansial dapat dieksplorasi dari ayat-ayat yang menggambarkan term Islam. Secara definitif, Islam memiliki arti “menyerahkan diri”. Dengan makna yang lebih operasional adalah menyerahkan diri (kepada Allah Swt) dalam bentuk menyeluruh atau totalitas. Berarti penyerahan lahir dan batin hanya dan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.

Muslim tidak hanya bermakna “manusia” yang menyerahkan diri kepada Allah Swt, tetapi juga menyangkut segala makhluk Allah, apabila tunduk pada aturan Allah maka ia juga disebut Muslim, yaitu pihak yang menyerahkan diri atau tunduk pada aturan main yang telah ditetapkan Allah, seperti alam semesta (Galaksi Bima Sakti) ini, baik yang ada di langit maupun di bumi. Hal ini tersurat dalam QS. Ali Imran: 83
اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗ ٓ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
Terjemah : “Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?

Dalam QS. Ali Imran: 19 Allah Swt berfirman:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ
Terjemah: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam..”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Ini merupakan kabar dari Allah Swt bahwasanya tidak ada agama di sisi-Nya yang diterima dari seseorang selain Islam. Yaitu mengikuti para Rasul dalam setiap apa yang mereka bawa pada setiap saat hingga berakhir pada Nabi Muhammad saw, yang mana jalan menuju diri-Nya ditutup kecuali melalui jalan Muhammad saw. Maka barangsiapa menemui Allah Swt (meninggal dunia) setelah diutus Muhammad saw dalam keadaan memeluk agama yang tidak sejalan dengan syariat-Nya, tidak akan diterima. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam QS. Ali Imran: 85
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Terjemah: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu ) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Islam; Sunnah Nabi. Jika Islam dalam al-Qur’an terkesan bersifat universal (menggambarkan ketundukan), namun dalam Sunnah Nabi, Islam tampaknya lebih dijelaskan secara aplikatif artinya lebih jelas dan fokus. Makna ini berdasarkan hadits Nabi yang menjelaskan makna Islam secara operasional yaitu:
عَنْ جَرِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Terjemah: “ dari Jarir ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu; Syahadah (bersaksi) bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji di Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan." (HR. Ahmad)

Kaffah dalam Islam: al-Quran secara tegas menyeru orang-orang beriman untuk melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh, tanpa membeda-bedakan ajaran yang satu dengan ajaran yang lain. Allah Swt berfirman dalam QS. al-Baqarah: 208
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Terjemah:Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Syeikh Wahbah az-Zuhayli mendefinisikan kata kaffah sebagai berikut: “Wahai orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam seluruhnya, bukan sebagian-sebagian, atau berdamailah, dan beramallah sesuai dengan semua hukumnya. Jangan bersikap munafik. Waspadalah bisikan setan. Jangan kalian ikuti apa yang diperintahkan setan karena ia adalah musuh yang jelas-jelas memusuhimu”.

Menjadi seorang muslim itu harus total, artinya dalam berhubungan dengan Allah (hablum minallah) dan total dalam berhubungan dengan sesama (hablum minannas) serta lingkungannya.

Dalam konteks hubungan dengan Allah Swt, Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga bersifat ilahiyah dan kodrati. al-Qur’an merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dibantah atau diragukan kebenaran dan keberadaannya. Hakikatnya kita selaku manusia hanya “berkewajiban” tunduk pada aturan tuhan.

Islam telah memberikan rambu-rambu untuk setiap aspek kehidupan termasuk dalam konteks hubungan sesama manusia, bahkan lingkupnya mencakup seluruh dimensi ruang dan waktu sehingga apapun amaliyah yang kita kerjakan maupun potensi kebaikan yang belum/tidak kita kerjakan telah tersurat dan tersirat dalam al-Qur’an baik yang telah kita ketahui maupun yang tidak karena keterbatasan kita selaku makhluk-Nya. Ini juga menjukkan betapa berkuasa-Nya Allah Swt diatas setiap ‘alam (sesuatu selain Allah Swt.)

والله أعلم بالصواب

Profil Mahlil Zakaria

Asal. Lahir di Kuta Blang 37 tahun lalu, sebuah gampong/desa di wilayah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Aceh yang memiliki sejarah panjang. Menurut riwayatnya Gampong Kuta Blang telah ada sekitar tahun 1824 disaat Sultan Muhammadsyah berkuasa sebagai Sultan Aceh. Merupakan salah satu gampong tertua di kawasan Samudera pasee (Aceh Utara-Lhokseumawe). (baca: kutablanglsm.blogspot.com)

Dengoen Bismillaah awai loen peuphoen


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Hari ini, Jum’at/24 Juli 2020, saya mengikhtiarka untuk mengawali tantangan konsistensi mengelola blog sederhana ini. Meski Sebelumnya juga aktif menjadi admin beberapa blog sebagai media informasi publik di tempat saya beraktifitas/bekerja:
http://ppkbandasakti.blogspot.com/
https://kutablanglsm.blogspot.com/; dan 
http://panwaslubs2019.blogspot.com/

Jika sebelumnya blog-blog tersebut merupakan wujud eksistensi dari lembaga, maka blog ini bisa jadi adalah ajang ekspresi diri secara personal dengan ekspektasi memperkaya khazanah keilmuan serta berbagi energi positif seraya berharap manfaat bagi orang banyak dan menggapai ridha Allah Subhaanahuwata'ala.

Allah SWT berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. al-Isra’:7)

Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad)

آمينَ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينَ