Suasana Thawaf Qudum Haji 2020 *instagram@haramain_info |
Ibadah Haji dan Pandemi Covid-19. Idul
Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya
Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf
di Arafah. Namun terdapat perbedaan secara signifikan dalam pelaksanaan ibadah
haji tahun ini (2020 M/1441 H), hal ini dikarenakan pandemi covid-19 yang
melanda dunia. Krisis kesehatan global ini telah mengubah beberapa tatanan
kehidupan termasuk perihal ibadah haji. Mengantisipasi penyebaran wabah
ini, otoritas Arab Saudi membatasi jumlah jama’ah atau dikhususkan hanya
kepada orang-orang yang berada dalam kawasan negara tersebut, protokol kesehatan pun menjadi menu wajib dan dilakukan dalam pengawasan
ketat.
Para jama'ah yang mengikuti ibadah haji tahun ini telah menjalani
serangkaian pemeriksaan seperti suhu dan dikarantina saat tiba di Mekkah.
Selain itu, para petugas kesehatan melakukan disinfeksi pada barang-barang
mereka. Staf kesehatan dan keamanan juga melakukan disinfeksi dan membersihkan
area sekitar Kabah. Sementara itu, pada pelaksanaan haji tahun ini, Kabah
ditutup sehingga jemaah tidak diizinkan untuk menyentuhnya. Lebih dari 13.500
pembersih dengan peralatan terbaru akan bekerja selama 24 jam di seluruh kota
dan tempat-tempat suci, terutama di tempat-tempat ramai dan pada hari-hari
puncak. Pihak penyelenggara juga mendirikan pusat kesehatan khusus, klinik
keliling, dan ambulans untuk merawat para jemaah haji yang membutuhkan. Para
jemaah diminta untuk menggunakan masker dan harus menjaga jarak fisik. Mereka
juga diberi perlengkapan untuk menjalankan tahapan-tahapan ibadah haji, mulai
dari kerikil yang sudah disterilkan untuk lempar jumrah, disinfektan, masker,
sajadah hingga ihram.
(Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/30/073249765/update-haji-2020-hari-ini-jemaah-wukuf-di-arafah?page=all)
(Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/30/073249765/update-haji-2020-hari-ini-jemaah-wukuf-di-arafah?page=all)
Jama'ah Indonesia tidak diberangkatkan. Pemerintah memastikan pembatalan keberangkatan jemaah haji tahun
2020 atau 1441 hijriah. Meski begitu, peniadaan keberangkatan jemaah haji tahun
ini bukan menjadi yang pertama sepanjang sejarah. Sebelumnya Arab Saudi juga
sempat meniadakan penyelenggaraan ibadah haji. "Kita tahu Arab Saudi
pernah menutup ibadah haji pada tahun 1814 karena wabah pada tahun 1837 dan
1858 karena wabah epidemi, 1892 karena wabah kolera, dan pada tahun 1987 karena
wabah meningitis," terang Menteri Agama Fachrul Razi saat konferensi pers,
Selasa (2/6). Tidak hanya dari pihak Arab Saudi, Indonesia pun pernah
meniadakan pemberangkatan jemaah haji sebelumnya pada tahun 1946-1948 karena
agresi militer Belanda.
(Sumber: https://nasional.kontan.co.id/news/bukan-yang-pertama-kali-berikut-daftar-sejarah-pembatalan-ibadah-haji)
(Sumber:
Idul Qurban. Disamping
Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada
hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri
kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka
ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban
sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah Swt.
Sejarah Idul Adha. Jika kita telisik
sisi historis dari perayaan Idul Adha, maka pikiran kita akan teringat kisah
teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih
menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh
sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni
seorangpun. Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam QS.
Ibrahim: 37
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن
ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا
لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan
sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar
mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada
mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar
kehabisan air minum hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air
kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak
7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti
Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang
melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang
ke tempat siti hajar dan nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari
berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga
saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat
do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan
masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad dalam QS Al-Baqarah: 126
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ
هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki
dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah
dan hari kiamat.”
Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan.
Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat
dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan
cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah”
(kekasih Allah).
Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada
para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan
dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim
memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain
mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah
yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu
hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka
dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah
menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta
anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa,
pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh
Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan
taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya
yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan
ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.
Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam QS. ash-Shaffat: 102
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي
الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail
menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah
engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah
setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak
saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak
satu-satunya disembeli!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya
pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” “Tidak
punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu
nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil
batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya
seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi
Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan,
“Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini kemudian menjadi salah satu rangkaian
ibadah haji yakni melempar jumrah. Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya.
Ismail mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan
tangannya, agar tidak muncul suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang
anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan
pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat,
seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan,
tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya
tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua
ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka,
Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban,
sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا
عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan
untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ
نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah
kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam
sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu
ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab
“Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu
Akbar Walillahil Hamdu.’ Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat
umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan
mempunyai arti besar.
Makna Kisah Nabi Ibrahim. Pertama, ketakwaan. Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan
seorang hamba pada Sang Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan
Nya. Koridor agama (Islam) mengemas kehidupan secara harmoni seperti halnya
kehidupan dunia-akherat. Kedua, hubungan antar manusia. Ajaran Islam sangat memerhatikan
solidaritas sosial dan mengejawantahkan sikap kepekaan sosialnya melalui media
ritual tersebut. Ketiga, peningkatan kualitas diri. Hikmah ketiga dari ritual
keagaamaan ini adalah memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan
pengelolaan diri yang merupakan cikal bakal akhlak terpuji seorang Muslim.
Note: Sumber Sejarah Idul Adha/disarikan dari: https://www.amalqurban.com/sejarah-dan-makna-idul-adha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar